Rabu, 20 Juni 2012

Ayoo!! Berbuat baiklah dimanapun dan kapanpun

Allah menjadikan kehidupan dan kematian sebagai ujian. Siapa diantara manusia itu yang paling baik amalnya. Apakah sesuai dan sejalan dengan perintah Allah atau tidak. Sekecil apapun perbuatan yang dilakukan manusia akan terdeteksi oleh Allah. “Siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah (atom) pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Siapa ynag mengerjakan kejahatan seberat zarrah (atom) pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya oula.” (QS. 99:7-8). Manusia tak bakal mempu bersembunyi, atau meneymbunyikan perbuatannya. Siang atau malam. Dalam kondisi kegelapan yang paling pekat sekalipun Allah mampu mengamati perilaku makhluk-Nya. “Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan dan apa yang mereka lahirkan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati.” (QS. 11:6). Bayangkan betapa ketat dan rapinya pengawasan Allah. Ngumpet juga percuma. Bakal ketahuan juga. Jelas kecanggihan perangkat monitor hasil rekayasa teknologi manusia, belum apa – apa. Sayangnya, kalau ada perangkat itu, orang – orang jadi gelagapan. Tak bakal berani berbuat macam – macam. Terpaksa patuh pada peraturan. Takutnya setengah mati. Tapi berhadapan dengan kepengawasan Allah, malah anteng aje. Malah ada saja yang nyuekin. Kayak enggak ada apa - apanya.

Jalan Raya Membara

Inilah seputar fakta sekarang di jalan raya : 1. Banyaknya kendaraan dijalan raya membuat jalan semakin sempit, terciptalah kata ‘macet yang tak berujung’. Andai saja semua pengendara antri dan tertib, insya allah pasti tidak ada kata macet. 2. Kurangnya rasa pengertian antara pengendara satu dengan yang lainnya. Lihat saja untuk menyeberang jalan saja sulit, tidak ada yang mau mengalah. Mau nyebrang “TeeeeeeeeeeeeeeTT!! (klakson)” gak jadi nyebrang deh. 3. Supir angkot yang parkir sembarangan. Sehingga pengemudi mobil antri dan pengendara motor mengambil jalan arah berlawanan sehingga menimbulkan macet. 4. Krisis kepercayaan. Seperti apa ? apabila motor yang ingin menyebrang kemudian saya berhenti berniat memberi jalan kepada motor tersebut, yang ada motor tersebut bingung bahkan diam. 5. Rambu – rambu lalu lintas dibuat hanya untuk dilanggar. Dipatuhi karena ada polisi. 6. Kebut – kebutan antar pengendara motor dijalan raya, siapa yang motornya cepat, nyawanya 10 itulah yang menang. 7. Lampu merah sebagai start awal balapan motor. Seakan akan menjadi Stoner yang mengendarai Honda dan sebagai Lorenzo apabila mengendarai Yamaha. Masih banyak kelakuan – kelakuan pengndara motor dan mobil lainnya yang makin aneh bin menyebalkan. Sehingga tidak aneh lagi kalau kecelakaan makin sering terjadi di jalan raya. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk kita semua.

Hukum Meminum Minuman Keras

Mengenai makanan dan minuman, ajaran islam menentukan dua syarat utama, yaitu halalan dan thayyiban. Tampaknya kedua syarat ini mudah dan tidak memberatkan. Untuk mengetahui lebih lanjut apa yang dimaksud oleh keduanya itu. Halalan berasal dari kata halal yang berarti lepas atau tidak terikat. Maksudnya, terlepas dari bahaya duniawi dan ukhrawi. Kemudian menurut bahasa hukum (fiqh), halal berarti sesuatu yang dibolehkan agama, baik bersifat sunnah (anjuran untuk dilakukan), makruh (anjuran untuk dihindarkan), maupun mubah (netral, mau dilakukan atau kagak, terserah ame lu). Al-Qur’an mengemukakan larangan terhadap minuman yang memabukkan ini melalui pentahapan. Dinyatakan dalam ayat Al-Qur’an : 1. Dari buah kurma dan anggur, kamu memmbuat minuman yang memabukkan dan rezeki yang baik. Sebenarnya pada yang demikian itu terdapat tanda – tanda (keagungan Allah), bagi orang yang memikirkan (QS. 16:67). 2. Mereka bertanya kepadamu (ya , Muhammad) tentang khamr dan judi. Katakanlah : “Pada keduanya terdapat dosa besar dan beberapa menfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya (QS. 2:219). 3. Hai orang – orang yang beriman, sesungguhnya (minum) khamr , berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatana – perbuatan itu, agar kamu mendapat keberuntungan (QS.5:90). 4. Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu, alntaran (minum) khamr dan judi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Alah dan shalat; makan berhentilah kamu (mengerjakan pekerjaan itu) (QS.5:91). Dulu sebelum dan di zaman Rasul Allah Saw, minuman keras itu diolah dari kurma dan anggur. Bahan bakunya sendiri (kurma dan anggur) halal.tapi setelah diolah menjadi minuman keras (khamr), zat ini dapat memabukkan peminumnya. Khamr berarti menutup. Maksudnya bila dikonsumsi akan menyebabkan akal penggunanya tertutup, karena mabuk. Orang yang mabuk akan kehilangan akal sehatnya. Rasul Allah Saw menyatakan : “Setiap yang memabukkan adalah haram dan semua yang memabukkan adalah khamr.” (H.R. Muslim). Lalu bagaimana kalau hanya mengkonsumsi sedikit saja? Ya, sekedar mencoba satu dua teguk. Beliaupun menegaskan : “ Sesuatu yang memabukkan bila banyak, maka sedikitpun tetap haram”. (H.R. Tarmidzi, Nasa’I dan Abu Daud). Ayo! Makanya jangan main-main dengan minuman yang memabukkan. Sehebat Bang Jampang juga, kalau udah teller keok dah. Tak bakahaln mampu mengeluarkan jurus silat Betawinya. Source : Prof.DR.H. Jalaluddin, Fiqih Remaja, Jakarta, Kalam Mulia, 2009.

Minggu, 17 Juni 2012

Matematika Sedekah

Pengantar Sedekah bisa mendatangkan ampunan Allah, menghapus dosa dan menutup kesalahan dan keburukan. Sedekah bisa mendatangkan ridha Allah, dan sedekah bisa mendatangkan kasih sayang dan bantuan Allah. Inilah sekian fadilah sedekah yang ditawarkan Allah bagi para pelakunya. Sebagaimana kita ketahui, hidup kita jadi susah, lantaran memang kita banyak betul dosanya. Dosa-dosa kita mengakibatkan kehidupan kita menjadi tertutup dari Kasih Sayangnya Allah. Kesalahan- kesalahan yang kita buat, baik terhadap Allah, maupun terhadap manusia, membuat kita terperangkap dalam lautan kesusahan yang sejatinya kita buat sendiri. Hidup kita pun banyak masalah. Lalu Allah datang menawarkan bantuan-Nya, menawarkan kasih sayang-Nya, menawarkan ridha-Nya terhadap ikhtiar kita, dan menawarkan ampunan-Nya. Tapi kepada siapa yang Allah bisa berikan ini semua? Kepada siapa yang mau bersedekah. Kepada yang mau membantu orang lain. Kepada yang mau peduli dan berbagi. Kita memang susah. Tapi pasti ada yang lebih susah. Kita memang sulit, tapi pasti ada yang lebih sulit. Kita memang sedih, tapi barangkali ada yang lebih sedih. Terhadap mereka inilah Allah minta kita memperhatikan jika ingin diperhatikan. Di pembahasan-pembahasan tentang sedekah, saya akan banyak mendorong diri saya dan saudara, untuk melakukan sedekah, dengan mengemukakan fadilah-fadilah/ keutamaannya. Insya Allah pembahasan akan sampai kepada Ihsan, Mahabbah, Ikhlas dan Ridha Allah. Apa yang tertulis, adalah untuk memotivasi supaya tumbuh keringanan dalam berbagi, kemauan dalam bersedekah. Sebab biar bagaimanapun, manusia adalah pedagang. Ia perlu dimotivasi untuk melakukan Akhirnya, mintalah doa kepada Allah, agar Allah terus menerus membukakan pintu ilmu, hikmah, taufiq dan hidayah-Nya hingga sampai kepada derajat ‘mukhlishiina lahuddien’, derajat orang-orang yang mengikhlaskan diri kepada Allah. Matematika Dasar Sedekah Apa yang kita lihat dari matematika di bawah ini? 10 – 1 = 19 Pertambahan ya? Bukan pengurangan? Kenapa matematikanya begitu? Matematika pengurangan darimana? Koq ketika dikurangi, hasilnya malah lebih besar? Kenapa bukan 10-1 = 9? Inilah kiranya matematika sedekah. Dimana ketika kita memberi dari apa yang kita punya, Allah justru akan mengembalikan lebih banyak lagi. Matematika sedekah di atas, matematika sederhana yang diambil dari QS. 6: 160, dimana Allah menjanjikan balasan 10x lipat bagi mereka yang mau berbuat baik. Jadi, ketika kita punya 10, lalu kita sedekahkan 1 di antara yang sepuluh itu, maka hasil akhirnya, bukan 9. Melainkan 19. Sebab yang satu yang kita keluarkan, dikembalikan Allah sepuluh kali lipat. Hasil akhir, atau jumlah akhir, bagi mereka yang mau bersedekah, tentu akan lebih banyak lagi, tergantung Kehendak Allah. Sebab Allah juga menjanjikan balasan berkali-kali lipat lebih dari sekedar sepuluh kali lipat. Dalam QS. 2: 261, Allah menjanjikan 700x lipat. Tinggallah kita yang kemudian membuka mata, bahwa pengembalian Allah itu bentuknya apa? Bukalah mata hati, dan kembangkan ke- husnudzdzanan, atau positif thinking ke Allah. Bahwa Allah pasti membalas dengan balasan yang pas buat kita. Memberi Lebih Banyak, Menuai Lebih Banyak Kita sudah belajar matematika dasar sedekah, dimana setiap kita bersedekah Allah menjanjikan minimal pengembalian sepuluh kali lipat (walaupun ada di ayat lain yg Allah menyatakan akan membayar 2x lipat). Atas dasar ini pula, kita coba bermain-main dengan matematika sedekah yang mengagumkan. Bahwa semakin banyak kita bersedekah, ternyata betul Allah akan semakin banyak juga memberikan gantinya, memberikan pengambalian dari-Nya. Coba lihat ilustrasi matematika berikut ini: Pada pembahasan diatas, kita belajar: 10 – 1 = 19. Maka, ketemulah ilustrasi matematika ini: • 10 – 2= 28 • 10 – 3= 37 • 10 – 4= 46 • 10 – 5= 55 • 10 – 6= 64 • 10 – 7= 73 • 10 – 8= 82 • 10 – 9= 91 • 10 – 10= 100 Menarik bukan? Lihat hasil akhirnya? Semakin banyak dan semakin banyak. Sekali lagi, semakin banyak bersedekah, semakin banyak penggantian dari Allah. Mudah-mudahan Allah senantiasa memudahkan kita untuk bersedekah, meringankan langkah untuk bersedekah, dan membuat balasan Allah tidak terhalang sebab dosa dan kesalahan kita. 2.5 % Tidaklah Cukup Saudaraku, barangkali sekarang ini zamannya minimalis. Sehingga ke sedekah juga hitung-hitungannya jadi minimalis. Angka yang biasa diangkat, 2,5%. Kita akan coba ilustrasikan, dengan perkalian sepuluh kali lipat, bahwa sedekah minimalis itu tidak punya pengaruh yang signifikan. Contoh berikut ini, adalah contoh seorang karyawan yang punya gaji 1jt. Dia punya pengeluaran rutin sebesar 2jt. Kemudian dia bersedekah 2,5% dari penghasilan yang 1jt itu. Maka kita dapat perhitungannya sebagai berikut: Sedekah: Sebesar 2,5% 2,5% dari 1.000.000 = 25.000 Maka, tercatat di atas kertas: 1.000.000 – 25.000 = 975.000 Tapi kita belajar, bahwa 975.000 bukan hasil akhir. Allah akan mengembalikan lagi yang 2,5% yang dia keluarkan sebanyak sepuluh kali lipat, atau sebesar 250.000. Sehingga dia bakal mendapatkan rizki min haitsu laa yahtasib (rizki tak terduga) sebesar: 975.000 + 250.000 = 1.225.000 Lihat, ‘hasil akhir’ dari perhitungan sedekah 2,5% dari 1jt, ‘hanya’ jadi Rp. 1.225.000,-. Masih jauh dari pengeluaran dia yang sebesar Rp. 2jt. Boleh dibilang secara bercanda, bahwa jika dia sedekahnya ‘hanya’ 2,5%, dia masih akan keringetan untuk mencari sisa 775.000 untuk menutupi kebutuhannya. Coba Sedekah 10 %. Saudara sudah belajar, bahwa sedekah 2,5% itu tidaklah cukup. Ketika diterapkan dalam kasus seorang karyawan yang memiliki gaji 1jt dan pengeluarannya 2jt, maka dia hanya mendapatkan pertambahan 250rb, yang merupakan perkalian sedekah 2,5% dari 1jt, dikalikan sepuluh. Sehingga ‘skor’ akhir, pendapatan dia hanya berubah menjadi Rp. 1.225.000. Masih cukup jauh dari kebutuhan dia yang 2jt. Sekarang kita coba terapkan ilustrasi berbeda. Ilustrasi sedekah 10%. Sedekah: Sebesar 10% 10% dari 1.000.000 = 100.000 Maka, tercatat di atas kertas: 1.000.000 – 100.000 = 900.000 Kita lihat, memang kurangnya semakin banyak, dibandingkan dengan kita bersedekah 2,5%. Tapi kita belajar, bahwa 900.000 itu bukanlah hasil akhir. Allah akan mengembalikan lagi yang 2,5% yang dia keluarkan sebanyak sepuluh kali lipat, atau dikembalikan sebesar 1.000.000. Sehingga dia bakal mendapatkan rizki min haitsu laa yahtasib (rizki tak terduga) sebesar: 900.000 + 1.000.000 = 1.900.000 Dengan perhitungan ini, dia ‘berhasil’ mengubah penghasilannya, menjadi mendekati angka pengeluaran yang 2 juta nya. Dia cukup butuh 100 rb tambahan lagi, yang barangkali Allah yang akan menggenapkan 2 juta. Dan satu hal yang saya kagumi dari matematika Allah, bahwa Spiritual Values, ternyata selalu punya keterkaitan dengan Economic Values. Kita akan bahas pelan-pelan sisi ini, sampai kepada pemahaman yang mengagumkan tentang kebenaran janji Allah tentang perbuatan baik dan perbuatan buruk. Kita sedang membicarakan bahwa sedekah 2,5% itu tidaklah cukup. Mestinya sedekah kita, haruslah minimal 10%. Dengan bersedekah 10%, insya Allah kebutuhan- kebutuhan kita, yang memang kita hidup di dunia pasti punya kebutuhan, akan tercukupi. Dari ilustrasi diatas, saya memaparkan bahwa ketika seorang karyawan bersedekah 2,5% dari gajinya yang 1jt, maka ‘pertambahannya’ menjadi Rp. 1.225.000. Yakni didapat dari Rp.975.000, sebagai uang tercatat setelah dipotong sedekah, ditambah dengan pengembalian sepuluh kali lipat dari Allah dari 2,5% nya. Bila sedekah 2,5% ini yang dia tempuh, sedangkan dia punya pengeluaran 2jt, maka kekurangannya teramat jauh. Dia masih butuh Rp. 775.000,-. Maka kemudian saya mengajukan agar kita bersedekah jangan 2,5%, tapi lebihkan. Misalnya 10%. Saudaraku, ada pernyataan menarik dari guru-guru sedekah, bahwa katanya, sedekah kita yang 2,5% itu sebenarnya tetap akan mencukupi kebutuhan-kebutuhan kita, di dunia ini, maupun kebutuhan yang lebih hebat lagi di akhirat, kalau kita bagus dalam amaliyah lain selain sedekah. Misalnya, bagus dalam mengerjakan shalat. Shalat dilakukan selalu berjamaah. Shalat dilakukan dengan menambah sunnah-sunnahnya; qabliyah ba’diyah, hajat, dhuha, tahajjud. Bagus juga dalam hubungan dengan orang tua, dengan keluarga, dengan tetangga, dengan kawan sekerja, kawan usaha. Terus, kita punya maksiat sedikit, keburukan sedikit. Bila ini yang terjadi, maka insya Allah, cukuplah kita akan segala hajat kita. Allah akan menambah poin demi poin dari apa yang kita lakukan. Hanya sayangnya, kita-kita ini justru orang yang sedikit beramal, dan banyak maksiatnya. Jadilah kita orang-orang yang merugi. Skor akhir yang sebenarnya sudah bertambah, dengan sedekah 2,5% itu, malah harus melorot, harus tekor, sebab kita tidak menjaga diri. Perbuatan buruk kita, memakan perbuatan baik kita. Tambahi terus amaliyah kita, dan kurangi terus maksiat kita Kalikan Dari Target Supaya Beroleh Lebih. Saudaraku, ini menyambung tulisan diatas. Kasusnya, tetap sama: Seorang karyawan dengan gaji 1jt, yang punya pengeluaran 2jt. Bila karyawan tersebut mau hidup tidak pas-pasan, dan mau dicukupkan Allah, dia harus menjaga dirinya dari keburukan, dan terus memacu dirinya dengan berbuat kebaikan dan kebaikan. Kemudian, lakukan sedekah 10% bukan dari gajinya, melainkan dari pengeluarannya. Sedekah 10% dari 2jt (bukan dari gajinya yang 1jt), maka akan didapat angka sedekah sebesar Rp. 200rb. Gaji pokok sebesar 1jt, dikurang 200rb, menjadi tinggal 800rb. Lihat, angka tercatatnya tambah mengecil, menjadi tinggal 800.000. Tapi di sinilah misteri sedekah yang ajaib. Yang 200rb yang disedekahkan, akan dikembalikan sepuluh kali lipat oleh Allah, atau menjadi 2jt. sehingga skor akhirnya bukan 800rb, melainkan 2,8jt. Dengan perhitungan di atas, kebutuhannya yang 2jt, malah terlampaui. Dia lebih 800rb. Subhanallah. Apalagi kalau kemudian dia betul-betul mau memelihara diri dari maksiat dan dosa, dan mempertahankan perbuatan baik, maka lompatan besar akan terjadi dalam hidupnya. Sebuah perubahan besar, sungguh-sungguh akan terjadi. Baik kemuliaan hidup, kejayaan, kekayaan, hingga keberkahan dan ketenangan hidup. Sekali lagi, subhanallah. *** Artikel Ustadz Yusuf Mansur

Dosa Besar dan Dosa Kecil

Imam Ibnul Qayyim berkata, “Dosa itu dibagi menjadi dosa kecil dan dosa besar berdasarkan nash Al Qur’an, As Sunnah, Ijma’ Salafush Shalih dan qiyas” (Madarij As Salikin 1/342) Berikut beberapa dalil yang digunakan dalam permasalahan tersebut : Allah Ta’ala berfirman, “Jika kamu menjauhi dosa – dosa besar diantara dosa – dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan – kesalahanmu (dosa – dosamu yang kecil)” (QS An Nisa’ : 31) Imam Al Qurthubi berkata, “Ketika Allah Ta’ala melarang dosa – dosa besar dalam surat ini, Dia menjanjikan bagi orang yang menjauhinya keringanan terhadap dosa – dosa kecil” (Tafsir Al Qurthuby 5/158) Allah Ta’ala berfirman, “(Yaitu) orang yang menjauhi dosa – dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan – kesalahan kecil” (QS An Najm : 32) Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW bersabda, “Shalat lima waktu, dari (shalat) Jum’at ke (shalat) Jum’at yang lain dan dari (puasa) Ramadhan ke (puasa) Ramadhan yang lain adalah penghapus dosa – dosa kecil diantara waktu – waktu tersebut selama tidak melakukan dosa besar” (HR. Muslim no. 233) Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan dosa besar adalah setiap dosa yang diancam dengan siksa khusus seperti berzina, mencuri, durhaka kepada kedua orangtua, menipu, bersikap jahat kepada kaum muslimin dan lainnya. Sedangkan hukum pelakunya dari segi nama adalah mukmin yang kurang keimanannya. Disebut juga ia beriman dengan keimanannya dan fasiq akibat dosa besar yang ia lakukan, namun ia tidak keluar dari keimanan. Allah Ta’ala berfirman, “Dan jika ada 2 golongan dari orang – orang mukmin berperang maka damaikanlah antara keduanya. Sesungguhnya orang – orang mukmin bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu” (QS Al Hujurat : 10) Allah Ta’ala menyebut dua kelompok yang saling berperang sebagai saudara meskipun kedua kelompok tersebut melakukan dosa besar dan juga kepada kelompok yang ketiga yaitu kelompok yang mengishlah keduanya. Namun ada satu dosa besar yang tidak akan diampuni oleh Allah Ta’ala dan dapat menyebabkan pelakunya keluar dari Islam yaitu dosa syirik atau menyekutukan Allah SWT dengan yang lain, sebagaimana firman-Nya, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya” (QS An Nisa’ : 48) *** Maraji’ : Muzilul Ilbas fii Al Ahkam ‘ala An Nas, Sa’id bin Shabir Abduh, Griya Ilmu, Jakarta, Cetakan Pertama, Sya’ban 1426 H/September 2005 M.