Rabu, 16 November 2011
Teknik Berkendara Berboncengan
Pertumbuhan sepeda motor di Asia Tenggara khususnya di Indonesia terus bertambah seiring dengan kebutuhan akan moda transportasi yang efisien dan terjangkau. Dari tengah kota hingga sudut-sudut desa sepeda motor mudah ditemukan.
Beberapa alasan yang sering diutarakan adalah : irit bahan bakar, bebas macet, sanggup membawa barang, membawa orang, dan harganya terjangkau.
Sehubungan dengan alasan penggunaan sepeda motor, kali ini kita akan membahas mengenai teknik berboncengan. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
Sepeda motor didesain hanya untuk membawa 2 orang, yaitu pengemudi dan pembonceng. Hal ini terkait dengan kekuatan struktur, ketersediaan dan kenyamanan tempat duduk serta keamanan pada saat mengendalikan motor dengan jumlah lebih dari 2 orang.
Pembonceng mempunyai potensi resiko kecelakaan yang sama besar dengan pengemudi. Bahkan beberapa kasus pembonceng mengalami luka yang lebih serius bila dibandingkan dengan pengemudi. Sehingga pembonceng harus menggunakan riding gear secara standar sama seperti pengemudi.
Pada saat berkendara dengan pembonceng, pengemudi harus dapat mengatur pergerakan titik berat keduanya agar seirama dengan pergerakan motor. Apabila tidak, maka keseimbangan motor akan terganggu khususnya pada saat menikung/miring. Untuk memudahkan pengemudi, pembonceng harus duduk menghadap kedepan searah dengan pengemudi dan berpegangan kepada pengemudi sehingga pergerakan pembonceng akan mengikuti pergerakan pengemudi.
Posisi duduk pembonceng yang di belakang akan lebih dekat ke roda dan rantai, sehingga hindari menggunakan celana yang berumbai atau rok lebar sehingga berpotensi tersangkut kedalam roda atau rantai.
Tidak ada larangan untuk berkendara berboncengan tetapi pasti lebih sulit bila dibandingkan berkendara sendirian. Pahami tekniknya untuk keamanan kita dan hidup yang lebih baik.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar